Rabu, 27 Mei 2009

Krisis Hantam Pengamen Jalanan Jakarta

Kapanlagi.com - Gelombang krisis ekonomi global ternyata tidak hanya menghantam bidang industri, tapi juga berdampak pada para pengamen jalanan di Jakarta.

Sejumlah pengamen mengaku bahwa pendapatan mereka belakangan ini anjlok akibat krisis ekonomi global, yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan perusahaan.

Para karyawan perusahaan swasta, yang notabene juga pengguna jasa angkutan kota, biasanya memberi "derma" kepada para pengamen jalanan tersebut, namun kini mereka (karyawan) terpaksa harus mengencangkan "ikat pinggang".

"Benar sekali, belakangan ini pendapatan saya dan teman-teman pengamen lain menurun drastis gara-gara krisis ekonomi global," kata Sulhan, pengamen di bus Tangerang-Jakarta, Senin (2/3).

Seorang pengamen lain, Risti, mengungkapkan nasib serupa ketika dimintai tanggapannya.

"Ya, bagaimana lagi, harus terus mengamen meski pendapatan anjlok. Kata orang sih, hal ini terjadi akibat krisis global, yang berdampak pada penumpang dari para karyawan itu," kata Risti, wanita setengah baya itu sambil menggendong anaknya yang masih bayi.

"Saya sih sudah mengantisipasi ketika mendengar banyak rumor PHK di banyak perusahaan swasta," kata Sulhan.

Penuturan Sulhan dan Risti itu dibenarkan oleh sejumlah penumpang bus, terutama para karyawan berbagai perusahaan swasta, yang bersikap hemat karena terancam PHK akibat krisis global.

"Terus terang, saya biasanya memberi Rp500 kepada setiap pengamen, namun belakangan ini saya harus menghemat karena kemungkinan ada PHK di perusahaan tempat saya mengadu nasib," kata Dina, karyawati di sebuah perusahaan otomotif di Jakarta Pusat.

Gadis berusia 27 tahun itu mengungkapkan bahwa perusahaan otomotif tersebut kemungkinan mem-PHK 3.000 karyawannya di berbagai cabang di Indonesia.

Seorang penumpang bus lain, Rustam, menimpali bahwa rumor mengenai PHK itu kini melanda hampir semua perusahaan yang terkait dengan industri dan perdagangan luar negeri, seperti otomotif, tekstil, bahkan kerajinan tangan.

"Banyak karyawan baik di perusahaan tempat saya kerja maupun berbagai perusahaan lainnya saat ini gelisah akibat kemungkinan PHK tersebut," katanya.

Murni, wanita pengamen yang mengusung radio kaset lagu dangdut di bus kota itu menuturkan bahwa sebelumnya ia memperoleh pendapatan dari mengamen rata-rata Rp130-an ribu setiap hari, namun belakangan ini paling banter hanya Rp50-an ribu.

Grup musik pengamen, yang menamakan diri "Ratu Adil" beranggotakan lima personel, mengatakan mereka kini tidak hanya mengamen di bus kota, tapi juga di restoran-restoran pinggir jalan.

"Kami harus kreatif mencari sesuap nasi, kalau tidak bisa mati kelaparan," ujar Sardi, koordinator grup musik jalanan "Ratu Adil" itu. (kpl/meg)

Tidak ada komentar: